Senin, 18 Maret 2013

Dialog Seputar Aristotelian di wilayah Tafsir Hadits angkatan 2012 UIN Bandung

Wah....,
Sudah lama rasanya tidak up-to date di blog tercinta ini

bagaimana kabar teman teman blogger?
pasti baik donk....

Sebenarnya tulisan kali ini lebih ke bagaimana kita memahami logika dan karya karya Filsuf pada umumnya..
dan sumber yang dipakai adalah hasil diskusi anak anak Tafsir Hadits angkatan 2012 UIN bandung

sebelum sampai pada bagaimana dialog yang berlangsung, berikut saya paparkan pernyataan Mr.Fajar yang mempersentasekan Aristoteles dan karya nya:

menurut Fajar, Aristoteles adalah murid dari Plato..., dan ia juga sempat menjadi guru di Akademi yang di dirikan plato..
Namun, ketika Aristoteles mencapai pemmikiran yang sempurna, Ia mulai menentang pemikiran pemikiran sang guru.
karena menurutnya, Karya karya sang guru bertolak belakang dengan Rasio dan Realita alam..

diantara pemikiran Plato yang ditentang adalah mengenai BENTUK..
menurut Plato, Bentuk adalah entitas yang terpisah dari suatu hal
namun, Aristoteles membantah ini dengan pernyataan yang bertolak belakang, yaitu:
Bentuk adalah karakteristik yang melekat pada hal tersebut...

dengan alasan pembantahan ini, Aristoteles di Fonis oleh sebagian orang, sebagai seseorang  yang meruntuhkan pemikiran gurunya sendiri.
namun, bila dilihat pada substansinya, Amir mengatakan bahwa apapun yang terjadi diantara mereka berdua, pada hakikatnya telah membawa perubahan pola fikir secara UMUM.


diantara karya karya Aristo adalah:
- SILOGISME atau Filsafat Aristotelian
- ADA dan MENJADI

saya rasa, Silogisme sudah populer dikalangan masyarakat Indonesia pada umumnya. Bahkan cara pengambilan kesimpulan ini, diyakini dipakai hampir diseluruh cabang pembelajaran di Indonesia.

sedangkan ADA dan MENJADI adalah pemikiran tentang TUHAN dan hakikat PENCIPTAANNYA.
pemikiran ini,  sepintas terlihat seperti pemikiran yang biasa saja, namun bila digali kata perkata, maka kita akan menemukan pernyataan pernyataan yang rentan di katakan AGAMIS di dalamnya.
misal, pernyataan : TUHAN ADALAH HAKIKAT TERTINGGI. atau TUHAN ADALAH PENGGERAK YANG TIDAK DIGERAKKAN.

dilain sisi, Fajar sebagai pembicara menyinggung salah satu pernyataan sakral yang menolak tentang kekekalan Syurga. salah seorang sahabat berpendapat bahwa, "jika Syurga dan para penghuninya kekal, maka SIFAT KEKEKALAN TUHAN akan LUNTUR dengan sendirinya. karena dari segi sifat TUHAN memiliki persamaan dengan MAKHLUKNYA.
tapi pernyataan ini bisa dibantah dengan logika ADA dan MENJADI. menurut Fajar, jika kekekalan TUHAN di bandingkan dengan KEKEKALAN manusia, maka perbandingan yang terjadi adalah perbandingan yang tidak sederajat.
karena TUHAN kekal dengan sendiriNYA, sedangkan MANUSIA kekal, karena dikekalkan oleh TUHAN. dan ini adalah REALISASI dari pernyataan TUHAN adalah hakikat tertinggi.


dari pemaparan diatas, timbul beberapa pertanyaan dari audiensi yang secara konteks, adalah audiensi yang kritis. mereka adalah:

Kiky Nurmah Marliana dengan pertanyaan: "jika Aristoteles murid dari Plato, kenapa pemikiran mereka saling bertentangan?

Ustd. Hasan Satibi dengan pertanyaan: "Apakah benar Aristo dan Plato adalah murid dari Sang guru besar SCORATES? dan bagaimana status pemikiran Aristo bila dikaitkan dengan Faham Qadariah?

Nistia dengan pertanyaan: Apa mungkin Aristo adalah seorang yang beriman, bila dirujuk kpd karya karyanya yang rentan memakai kalimaat kalimat yang berbau Agama?

pertanyaan pertama langsung dijawab oleh pembicara yaitu fajar : mungkin saja pertentangan terjadi, karena cara berfikir manusia pada umumnya berkembang seiring perkembangan realita yang ada. walaupun Aristo dan Plato hidup sezaman, namun umur mereka tidak sederajat. rujukan umur ini puula yang dijadikan dasar bahwa Aristo adalah murid dari Plato.

walau sudah dijawab, tapi pertanyaan itu kembali membawa pertanyaan baru yang pada akhirnya kembali kepada prinsip awal yang telah dipaparkan fajar diatas.

pertanyaan kedua terjawab dengan berbagai sudut pandang. pembicara mengatakan bahwa bisa saja terjadi perbedaan sejarah. tergantung pada media yang menyampaikan. jika ditanyakan mana yang benar dan yang salah, maka kembali kepada media mana yang kita jadikan rujukan. karena dalam sejarah,, kita tak kan menemukan pernyataan yang absolut secara sudut pandaang.
dan jika dikaitkan dengan Qadariah, fajar dengan tegas mengatakan bahwa ada persamaan secara pernyataan yang berbunyi : MANUSIA bergerak ATAS KEHENDAK TUHAN..
namun menyamakan sesuatu dengan suatu hal yang telah dilakukan,  kembali menimbulkan kontroversi. dan alhasil, kembali kepada prinsip dan rujukan yang diyakini masing masing.

pertanyaan ketiga dijawab oleh tiga sudut pandang

- Menurut Ikhsan, mungkin saja aristo seorang mukmin, namun tidaak bisa dikaitkan dengan Tauhid dan ISLAM. karena sejarah mengatakann dua hal ini berbeda jauh dari segi waktu.
- Menurut Faisal, tidak mungkin Aristo seorang Mukmin, karena jika dia seorang mukmin, maka ada realisasi yang sempurna dari hati, lisan, dan perbuatan. karena kemukminan tidak bisa digambarkan dengan sebatas pernyataan yang masih kontroversial.
- Menurut Ismail "mungkin saja Aristo seorang Mukmin jika merujuk kepada esensi pernyataan yang keluar darinya. namun secara substansi, Tidak ada yang tahu tentang status itu.

pembicara dan audiensi lain juga ikut andil dalam menjawab pertanyaan ketiga, namun jika ada maka jawaban mereka, hanya berputar putar disekitar wilayah yang 3 diatas.